Rabu, 26 Oktober 2016
BATU BASUREK, PRASASTI MENGUPAS ADITYAWARMAN
Kerajaan Minangkabau Pagaruyung pernah
berjaya disaat diperintah sang raja Adityawarman, namun dibalik sejarahnya
sampai saat ini masih terjadi pedebatan tentang kekuasaannya, apakah ia menjadi
raja Minang Kabau atau hanya raja di Pagaruyung saja.
Sebuah batu dengan lebar 25 cm,
tinggi 80 cm dan ketebalan 10 cm serta berat mencapai 50 kg yang dikenal dengan
Batu Basurek menceritakan kisah
Adityawarman. Batu yang terletak di Jorong Kubu Rajo Nagari Lima Kaum Kabupaten
Tanah Datar Sumatera Barat nampak saja dari jalan raya kalau anda berkunjung ke
Kota Batusangkar.
Prasasti Batu Basurek |
Diperkirakan Batu Basurek ini sudah berusia sekitar 660-an tahun, ditemukan
pertama kali tanggal 16 Desember 1880 oleh P.H Van Hengst Asisten Residen Tanah
Datar. Pada tahun 1917 seorang ahli dari Belanda yang bernama Prof. H. Kern membahas
dan menerjemahkan prasasti Batu Basurek.
Menurutnya isi prasasati adalah “Adityawarman maju perkasa, ia penguasa
Kanakamedinindra atau Suwarnadwipa (Sumatera atau Tanah Emas), ayahnya
Adwayawarman, dia keluarga Indra”.
Adityawarman lahir dari ibu Dara
Jingga, Putri Raja Darmasraya yang terletak di tepi sungai Batang Hari Provinsi
Jambi sekarang, sedangkan ayahnya Adwayawarman merupakan kerabat dari keraton
Singosari.
Alkisah, tahun 1292 Kubilai Khan
dari negeri Cina menyerang Singosari Dara Jingga dan saudaranya Dara Petak,
membawa tentara membantu Singosari. Sayang, Singosari kalah dan takluk, dan
akhirnya dikuasai Jayakatwang. Kemudian Raden Wijaya menggeser Jayakatwang dan
mengganti nama kerajaan itu menjadi Majapahit. Raden Wijaya menikah dengan Dara
Petak. Sedangkan Dara Jingga menjalin hubungan dengan Adwayawarman. Setelah
menikah, Dara Jingga mengajak suaminya Adwayawarman kembali ke Darmasraya, dari pernikahan
itu lahirlah Adityawarman.
Setelah mengabdi dan melakukan
berbagai jasa untuk kerajaan Majapahit, Aditywarman akhirnya menjadi raja di
Darmasraya. Ketika ia menjadi raja, Adityawarman memindahkan pusat kerajaannya
dari Siguntur (Kabupaten Dharmasraya sekarang) ke Pagaruyung – Batusangkar.
Demikian sekelumit isi dari
prasasti Batu Basurek yang
menceritakan Adityawarman. Penulis mengajak ketika anda berkunjung ke
Batusangkar tidak salah rasanya untuk sekedar singgah berfoto di prasasti ini, disamping
lokasi prasasti di jalan raya Batusangkar – Padang dan untuk masuk objek wisata
ini, pengunjung tidak dikenakan biaya masuk alias gratis.
(david, dikutip dari
berbagai sumber)
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar